Allah mengabarkan bagaimana sumpah Iblis untuk mengganggu kita:
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Kemudian aku (Iblis) akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur (taat). (QS. Al-A’raf : 17)
Menurut penjelasan Ali ibnu Abi Talhah dari Ibnu
Abbas, maksud menggoda dari arah depan adalah bahwa Iblis akan membuat
manusia ragu dalam urusan akhirat, dari belakang maksudnya Iblis akan
membuat manusia begitu mencintai dunia, dari kanan maksudnya dia akan
mengaburkan manusia terhadap urusan agama mereka, sementara dari kiri
yakni akan membuat manusia tergiur kepada kemaksiatan.
Pendek kata, menurut Ibnu Jarir, Iblis akan menggoda
dari setiap jalan, jika itu jalan kebaikan, maka setan akan
menghalang-halanginya, jika itu jalan kejahatan, maka Iblis selalu
menghiasinya di mata mereka.[1] Nabi r bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ
“Sesungguhnya setan menghadang anak Adam dengan segala cara” (HR. Ahmad)
Iblis tidak pernah putus asa dalam menggoda manusia,
jika tidak berhasil diajak kafir, maka akan diajak untuk melakukan
maksiat dari dosa-dosa besar sampai dosa-dosa kecil. Jika tidak berhasil
maka dia akan membiarkan manusia melakukan berbagai kebaikan, namun di
sisi lain dia memasukkan kebanggaan diri (‘ujub), pamer (riya’ dan sum’ah) sehingga kebaikan yang dilakukan akan sirna nilainya dihadapan Allah Ta’ala.
Bahkan tidak cukup di situ, Iblis juga berusaha
menipu manusia dengan berbagai kebaikan dan amalan, namun membuat mereka
melalaikan amalan yang lebih besar; menyibukkan manusia dengan mengejar
fadhîlah (keutamaan), namun membuat mereka lupa terhadap farîdhah (kewajiban), atau menyibukkan mereka dengan suatu ‘kewajiban’ namun melalaikan mereka dari kewajiban lain.
Al Hasan bin Shalih rahimahullah berkata:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَفْتَحُ لِلْعَبْدِ تِسْعَةً وَتِسْعِيْنَ بَابُا مِنَ الْخَيْرِ يُرِيْدُ بِهِ بَابًا مِنَ الشَّرِّ
“Sesungguhnya setan bisa membukakan 99 pintu kebajikan untuk menuju 1 pintu keburukan yang dia inginkan” (al Muntaqa an Nafis min Talbis Iblis, hal 63).
Berapa banyak orang yang sibuk menikmati munajat
kepada Allah, namun dibuat lupa dengan kewajiban-kewajibannya? Lupa
tanggung jawab sebagai orang tua, hingga tidak perhatian lagi anaknya
bergaul dengan siapa, lupa tanggung jawab sebagai warga negara hingga
tidak peduli lagi negara ini berjalan di atas sistem ilahiyyah ataukah
sistem syaithaniyyah, atau lupa tanggung jawab sebagai muslim terhadap
saudaranya muslim yang lainnya.
Hanya hamba-hamba Allah yang mukhlis saja lah yang
atas idzin Allah akan terhindar dari godaan dan tipu daya Iblis dan bala
tentaranya,[2]
sebagaimana sahabat ‘Abbad bin Bisyr ketika sedang menikmati shalat
malamnya dan ketika itu terkena dua panah, setelah sholat, ketika
ditanya kenapa tidak berhenti sholat saat terkena anak panah pertama,
beliau menjawab:
كنت أتلو في صلاتي آيات من القرآن ملأت نفسي رَوْعَة، فلم أحب أن أقطعَها. ووالله، لولا أن أضيع ثغرا أمرني الرسول بحفظه، لآثرت الموت على أن أقطع تلك الآيات التي كنت أتلوها
“Aku sedang membaca ayat-ayat Al Qur’an yang
sangat menggetarkan hati dalam shalatku, hingga aku tak ingin
memutusnya. Demi Allah, jikalau tidak karena akan mengabaikan pos penjagaan yang aku diperintahkan Rasulullah untuk menjaganya, aku akan lebih memilih mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca dalam sholat tadi” (Rijâlu Hawla ar Rasûl, hal 426 – 427. Maktabah Syamilah)
Beginilah sikap sahabat yang mulia ini, kenikmatan
ibadahnya tidak melalaikan dirinya dari tanggung jawab untuk menjaga
umat Islam, apalagi hanya sekedar kenikmatan dunia?
Bandingkan dengan diri kita, apakah ‘kealpaan’ yang
sering kita lakukan dikarenakan kita sibuk menikmati munajat seorang
diri ataukah justru karena kita sibuk mengejar kenikmatan duniawi?
Padahal posisi kita hampir sama dengan posisi Abbad; menjaga pos
penjagaan, sebagaimana kata Imam al Awza’i (w. 157 H):
مَا مِنْ مُسْلِمٍ إِلَّا وَهُوَ قَائِمٌ عَلَى ثَغْرَةٍ مِنْ ثُغَرِ الْإِسْلَامِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ أَلَّا يُؤْتَى الْإِسْلَامُ مِنْ ثَغْرَتِهِ فَلْيَفْعَلْ
“Tidak ada seorang muslimpun kecuali dia berada di satu pos penjagaan di antara pos-pos penjagaan[3] Islam. Siapa saja yang mampu, jangan sampai Islam diserang dari pos yang dijaganya” (Al Marwazi (w. 294 H), As Sunnah, hal 13. Maktabah Syamilah). [MTaufikNT]
https://mtaufiknt.wordpress.com/2018/05/24/godaan-iblis/
No comments:
Post a Comment